Rabu, 30 November 2011

Manusia dan Pandangan Hidup

Manusia dan Pandangan Hidup

Pandangan hidup terdiri atas Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu pandangan hidup menentukan masa depan seseorang
  
Pengertian Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah konsep atau cara pandang manusia yang bersifat mendasar tentang diri dan dunianya yang menjadi panduan untuk meraih kehidupan yang bermakna. Cara pandang tersebut berfungsi sebagai sarana untuk merespon dan menerangkan permasalahan eksistensial kehidupan seperti Tuhan, manusia, dan dunia (alam semesta).

Pandangan hidup juga disebut filsafat hidup yang berarti mencari suatu kebenaran dan kebenaran itu bisa dicari oleh siapa saja. Jadi pandangan hidup itu dimiliki oleh tiap golongan manusia baik itu golongan atas maupun golongan bawah. Pandangan hidup itu adalah dasar untuk membimbing kehidupan manusia itu sendiri baik menurut jasmani maupun rohani.

Pandangan hidup sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia itu sendiri, masyarakat atau bangsa dan negara. Dalam kehidupan manusia pandangan hidup berperan penting untuk memegang teguh pada pendirian dikarenakan pandangan hidup merupakan sebuah titik tuju sehingga dengan adanya pandangan hidup, manusia jadi berpegang teguh pada pendiriannya.

Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasaikan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :

1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak     kebenarannya
2. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

Sedangkan unsur-unsur dari dijadikan sesuatu sebagai pedoman atau pandangan hidup, yaitu:
>> Cita-cita
>> Kebajikan
>> Usaha
>>`Keyakinan / kepercayaan

Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi politik, ideologinya disebut ideologi politik. Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut ideologi negara.
Pandangan hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita - cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.

Referensi:
Sujadi.1986. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta: Karunika Jakarta

Manusia dan Keadilan

Manusia dan Keadilan

Keadilan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.dalam kehidupannya sudah tentu manusia pernah diperlakukan tidak adil, pernah berbuat adil, atau pernah berbuat tidak adil.


Pengertian Keadilan
Keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan pada pokoknya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak dan melaksanakan kewajiban. Jika kita hanya menuntut hak dan lupa menjalankan kewajiban, maka sikap dan tindakan kita akan mengarah kepada pemerasan. Sebaliknya pula, jika kita hanya menjalankan  kewajiban dan lupa menuntut hak, maka kita akan mudah diperbudak atau diperas orang lain. Sebagai contoh seorang karyawan yang hanya menuntut hak kenaikan upah tanpa meningkatkan hasil kerjanya tentu cenderung disebut memeras. Sebaliknya pula seorang majikan yang terus menerus memeras tenaga orang lain, tanpa memperhatikan kenaikan upah dan kesejahteraannya, maka hal itu berarti memperbudak orang atau pegawainya.
Berbicara tentang keadilan, anda tentu segera ingat akan dasar Negara kita ialah pancasila. Sila kedua dan sila kelima pancasila yang berbunyi: ”kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
Dalam ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila (Ekaprasetia pancakarsa) dicantumkan ketentuan sebagai berikut:
“Dengan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia”.  


Berbagai Macam Keadilan :
1. Keadilan legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya ( the man behind the gun ). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan oleh yang lainnya disebut keadilan legal.

2. Keadilan distributive
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan tidak sama (justice is done when equels are treated equally).

3. Keadilan komutatif
Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat

Kejujuran

Kejujuran atau jujur artinya apa-apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir melalui kata-kata ataupun yang masih terkandung dalam hati nuraninya yang berupa kehendak, harapan dan niat.

Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita.
Bermacam macam sebab orang melakukan kecurangan. Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek kebudayaan, aspek peradaban dan aspek teknik. Apabila keempat asepk tersebut dilaksanakan secara wajar, maka segalanya akan berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum. Akan tetapi, apabila manusia dalam hatinya telah digerogoti jiwa tamak, iri, dengki, maka manusia akan melakukan perbuatan yang melanggar norma tersebut dan jadilah kecurangan.


Pemulihan nama baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya.
Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf.
Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepada sesame makhluk hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrih, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.


Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial.
Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.


Referensi:
Sujadi.1986. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta: Karunika Jakarta


Manusia dan Penderitaan

MANUSIA DAN PENDERITAAN

Penderitaan merupakan bagian kehidupan manusia. Tiap manusia akan mengalaminya, namun kadar penderitaan itu tidak sama setiap manusia. Penderitaan dapat menimbulkan daya kreativitas baik pada si penderita maupun orang yang menyaksikan. Daya kreativitas untuk menciptakan hasil budaya sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin atau lahir batin.
Penderitaan merupakan inspirasi, sehingga hatinya tergerak untuk menuangkan penderitaan dalam bentuk seni, untuk dikomunikasikan dengan para pembaca atau penonton. Tetapi sebaliknya ada pihak-pihak tertentu yang justru menjadikan penderitaan sumber komersil. Seperti halnya jatuhnya pesawat ditengah hutan sulawesi tengah atau terkenal dengan peristiwa “Tinombala” yang kemudian dijadikan film ceritera.


Penderitaan, Media Masa Dan Seniman
Dalam dunia modern sekarang ini kemungkinan terjadi penderitaan itu lebih besar. Hal ini telah dibuktikan oleh kemajuan teknologi dan sebagainya  mensejahterakan manusia dan sebagian lainnya membuat manusia menderita.
Media masa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Tetapi tak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman melalui karya seni sehingga para pembaca, penontonnya dapat menghayati penderitaan sekaligus keindahan karya seni.


Penderitaan Dan Sebab-Sebabnya
Berdasarkan sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
A)   Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia :
  • Perbuatan semena-mena kepada pembantu rumah tangga
  • Perbuatan buruk orang tua yang menganiaya anak
  • Perbuatan buruk para pejabat zaman orde lama
  • Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungan : banjir dan tanah longsor, perbuatan lalai : gas beracun.
B)   Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
  • Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan;
  • Nabi Ayub mengalami cobaan Tuhan
  • Tenggelamnya Fir’aun di laut Merah.
Pengaruh penderitaan
Sikap yang timbul pada orang yang mengalami penderitaan berupa sikap positif ataupun sikap negatif.  Contoh sikap negatif yaitu penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalkan tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan hidup bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan. Sikap positif biasanya kreatif dan tidak mudah menyerah.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya.

Referensi:
-Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta: Universitas Gunadarma
-Sujadi.1986. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta: Karunika Jakarta
-www.google.com

Manusia dan Keindahan

MANUSIA DAN KEINDAHAN


Keindahan tiap hari dialami oleh manusia. Karena itu keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Setiap hari manusia dengan panca inderanya yaitu mata dan telinga menikmati keindahan, melalui radio, televisi, film, dan alam sekitarnya. Keindahan itu merupakan konsumsi bagi telinga dan mata. Tidak sedikit orang harus mengeluarkan uang yang relatif besar jumlahnya untuk keindahan. Orang-orang pergi ke pantai, ke gunung, atau ke tempat-tempat lain hanya untuk menikmati keindahan. Betapa besar arti dan fungsi keindahan bagi setiap manusia. Makin tinggi pengetahuan seseorang makin besar pula hasrat dan keinginannya untuk menghargai keindahan.

PENGERTIAN KEINDAHAN
Kata keindahan berasal dari kata indah yang artinya bagus, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni, pemandangan alam, manusia, rumah, suara, warna, dan sebagainya. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera seseorang, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
  1. Keindahan dalam arti yang luas. Pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual.
  2. Keindahan dalam arti estetis murni, menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diserapnya.
  3. Keindahan dalam arti terbatas, lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda yang diserapnya dengan penglihatan.
Nilai Estetik

Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan, dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Dalam ”Dictionary of Sociology and Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut : ”The believed Capacity of any object to saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of interest to an individual or a group” (Kemampuan yang dianggap ada pada suatu benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
Hal itu berarti, bahwa nilai adalah semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai terbukti letak kebenarannya.

Nilai Ekstrinsik Dan Nilai Instrinsik


Nilai itu ada yang membedakan antara nilai subyektif dan obyektif, Tetapi penggolongan yang penting ialah :
Nilai Ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (instrument / contributory), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.
Nilai Instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.
Contoh :
1. Puisi bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik. Sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai instrinsik.
2. Tari, tarian Darmawulan – Minak Jinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala macam jenis pakaian dan gerak – geriknya.
Tarian ini merupakan nilai ekstrinsik,sedangkan pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.

Kontemplasi Dan Ekstansi

Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan.
Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Manusia menciptakan berbagai macam peralatan untuk memecahkan rahasia gejala alami tersebut. Semuanya ini dilakukan dan hanya bisa terjadi berdasarkan resep atau pemikiran pendahuluan yang dihasilkan oleh kontemplasi. Siklus kehidupan manusia dalam lingkup pandangan ini menunjukkan bahwa kontemplasi selain sebagai tujuan juga sebagai cara atau jalan mencari keserba sempurnaan kehidupan manusia.
Sebab Manusia Menciptakan Keindahan

  • Tata nilai yang telah usang
  • Kemerosotan zaman
  • Penderitaan manusia
  • Keagungan Tuhan
Orang menciptakan keindahan itu sebenarnya mencontoh keindahan yang di anugerahkan Tuhan kepada umatnya. Contoh sebab manusia menciptakan keindahan:
* Leonardo da Vinci melukiskan monalisa sebagai wanita cantik. Lukisan tersebut sangat terkenal didunia, tidak pernah membosankan, dan selalu menarik orang lain. Leonardo da Vinci melukiskan monalisa karena ia kagum akan kebesaran tuhan, yang telah menganugerahkan kecantikan luar biasa kepada seorang wanita. Hal ini sama halnya dengan para seniman yang berdiri diatas pegunungan melihat pemandangan yang sangat indah, kemudian pemandangan yang indah itu di lukiskan  dalam bentuk kata-kata (prosa, puisi), atau dengan cat (hasil lukisan), dan sebagainya, maka pada hakikatnya para seniman itu kagum akan kebesaran tuhan.
Referensi:
-Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta: Universitas Gunadarma
-Sujadi.1986. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta: Karunika Jakarta
-www.google.com


Selasa, 29 November 2011

Manusia dan Cinta Kasih

Manusia dan Cinta Kasih

Cinta kasih merupakan bagian hidup diri manusia. Untuk pengungkapan rasa cinta kasih dipergunakan berbagai bentuk media. Seperti media bahasa dan media nada.

Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminto kasih sayang atau cinta kasih adalah perasaan sayang, perasaan cinta, atau perasaan suka kepada seseorang.



Dalam kasih sayang, sadar atau tidak dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, dan saling pengertian, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Yang dapat merasakan cinta kasih bukan hanya suami-istri atau anak-anak yang beranjak remaja, melainkan bayi yang masih merahpun telah dapat merasakan kasih sayang dari ayah dan ibunya.


Cinta menurut Dr. Sarlito W. Sarwono memiliki tiga unsur, yaitu :
1. Keterikatan (Cinta Setia)
2. Keintiman (Cinta Saudara)
3. Kemesraan (Cinta Rayuan)

Cinta memiliki tiga tingkatan:
1. Tinggi (Allah dan Rasulnya dan berjihad di jalan Allah)
2. Menengah (orang tua, anak, saudara, istri/suami dan kerabat)
3. Rendah (keluarga, kerabat, harta dan tempat tinggal).

 Ada berbagai bentuk cinta yaitu :
  1. Cinta Persaudaraan, diwujudkan manusia dalam tingkah atau perbuatannya. Cinta persaudaraan tidak mengenal adanya batas – batas manusia berdasarkan SARA.
  2. Cinta Keibuan, kasih sayang yang bersumber pada cinta seorang ibu terhadap anaknya. 
  3. Cinta Erotis, kasih sayang yang bersumber dai cinta erotis (birahi) merupakan sesuatu yang sifatnya khusus sehingga memperdayakan cinta yang sesunguhnya. Namun, bila orang yang melakukan hubungan erotis tanpa disadari rasa cinta, di dalamnya sama sekali tidak mungkin timbul rasa kasih sayang.
  4. Cinta Diri Sendiri, yaitu bersumber dari diri sendiri. Cinta diri sendiri bernilai positif jika mengandung makna bahwa seseorang dapat mengurus dirinya dalam kebutuhan jasmani dan rohani.
  5. Cinta Terhadap Allah

Hikmah cinta adalah sangat besar, hanya orang yang telah diberi kepahaman dan kecerdasan oleh Allah sajalah yang mampu merenungkannya. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah :
1. Cinta itu adalah merupakan ujian yang berat dan pahit dalam kehidupan manusia,
2. Cinta yang telah melekat di dalam jiwa manusia merupakan pendorong dan pembangkit yang paling besar di dalam melestarikan lingkungan
3. Cinta merupakan faktor utama di dalam kelanjutan hidup manusia
4. Cinta merupakan pengikat yang paling kuat di dalam hubungan antar anggota
     keluarga, kerukunan bermasyarakat,

Referensi:
-Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta: Universitas Gunadarma
-Sujadi.1986. ILMU BUDAYA DASAR. Jakarta: Karunika Jakarta
-www.google.com