1. Pengertian
Motivasi
Menurut
Walgito (dalam Heru, 2008) Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau
organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Sedangkan menurut Plotnik
(dalam Heru, 2008), Motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologis dan
psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang
spesifik pada waktu tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah
keadaan dalam diri individu yang mengacu pada faktor fisiologis dan psikologi
seseorang untuk melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu serta mendorong perilaku
ke arah tujuan.
2. Teori-Teori
Motivasi
a. Teori
Drive
Teori
ini mengatakan bahwa perilaku di dorong ke arah tujuan oleh kondisi yang
mendesak (driving state) dalam diri
orang atau binatang. Gagasan freud tentang kepribadian didasarkan pada dorongan
seksual dan dorongan agresif bawaan. Bila kondisi dorongan internal itu muncul,
individu didesak untuk berperilaku dengan cara yang sedemikian rupa sehingga
mengurangi intensitas dari kondisi mendesak tersebut. Pada manusia,
sekurang-kurangnya, tercapainya pengurangan kondisi terdesak itu merupakan
sesuatu yang menyenangkan dan memuaskan.
b.
Teori pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori
pengukuhan berhubungan dengan teori belajar operant conditioning dari skinner.
Teori ini mempunyai dua aturan pokok: aturan pokok yang berhubungan dengan
pemerolehan jawaban-jawaban yang benar, dan aturan pokok lainnya berhubungan
dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah.
Pemerolehan
dari satu perilaku menuntut adanya satu pengukuhan sebelumnya. Pengukuhan dapat
terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan) atau
negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban telah diberikan),
tetapi organisme harus membuat kaitannya antara aksi atau tindakannya dengan
akibat-akibatnya.
Jika
jawaban yang diinginkan belum dimiliki oleh organisme, maka jawaban tersebut
perlu dibentuk. Pembentukan berlangsung jika jawaban-jawaban yang benar, pada
awalnya dikukuhkan. Secara bertahap pengukuhan positif hanya diberikan jika
perilaku yang mendekati jawaban-jawaban yang benar, pada awalnya dikukuhkan.
Secara bertahap pengukuhan positif hanya diberikan jika perilaku yang mendekati
jawaban yang benar makin mendekat, sehingga akhirnya jawaban khusus yang di
inginkan saja yang dikukuhkan. Misalnya, sewaktu anak belajar berbicara. Dalam
usahanya mengucapkan kata, jika kedengarannya sudah seperti kata yang harus ia
ucapkan ketika memujinya. Makin lama ia mengucapkan kata-kata dan kalimat yang
benar, sehingga waktu ia sudah dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas dan
tepat dan berbicara dengan kalimat pendek yang tepat, kita hanya memujinya jika
ia lakukan demikian.
Pemerolehan
timbul cepat jika pengukuhan diberikan secara bersinambung. Artinya jawaban
yang tepat diganjari setelah setiap kejadian. Namun dalam kehidupan sehari-hari
pemberian pengukuhan pada umumnya berjalan secara tidak bersinambung, secara
tersendat-sendat, dimana hanya persentase tertentu dari jawaban yang benar
diganjari. Pengukuhan yang tersendat-sendat berakibat pemerolehan yang lebih
lambat. Sebaliknya pengukuhan tersendat-sendat berakibat pula lambatnya
penghilangan dari perilaku. Kadangkala pengukuhan tersendat-sendat diberikan dalam
interval yang berlangsung secara teratur. Misalnya pembayaran gaji tenaga kerja
(pengukuhan) dilaksanakan dalam interval waktu yang secara teratur dengan
jadwal periodik yang teratur (secara bulanan, harian). Pengukuhan ini
berlangsung tersendat-sendat karena dimaksudkan untuk menghargai unjuk kerja
tenaga kerja yang baik yang terjadi selama periode penggajian, tidak hanya
untuk unjuk kerjanya pada hari pembayaran gaji.
c.
Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting
Theory)
Teori
ini secara relatif lempang dan sederhana. Aturan dasarnya ialah penetapan dari
tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke (dalam Munandar, 2008), tujuan-tujan
yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh
tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk kerja yang lebih tinggi daripada
tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Proses
penetapan tujuan (goal setting) dapat
dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri
dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan
memiliki komitmen besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia
tetapkan. Lain dengan tenaga kerja yang memiliki motivasi kerja yang lebih
bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran kerjanya
untuk kurun waktu tertentu, dapat terjadi bahwa komitmen terhadap usaha
mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
d.
Teori Harapan (Expectancy)
Model teori
harapan dari lawler (dalam Munandar, 2008) mengajukan empat asumsi:
1.
Orang mempunyai pilihan-pilihan antara
berbagai hasil keluaran yang secara potensial dapat mereka gunakan. Dengan
perkataan lain, setiap hasil keluaran alternatif mempunyai mempunyai harkat,
yang mengacu pada ketertarikannya bagi seseorang. Hasil keluaran alternatif,
juga disebut tujuan-tujuan pribadi, dapat disadari atau tidak disadari oleh
yang bersangkutan. Jika disadari, maknanya serupa dengan penetapan tujuan-tujuan.
Jika tidak disadari, motivasi kerjanya lebih bercorak reaktif.
2.
Orang mempunyai harapan-harapan tentang
kemungkinan bahwa upaya mereka akan mengarah ke perilaku unjuk kerja yang
dituju.
3.
Orang mempunyai harapan-harapan tentang
kemungkinan bahwa hasil-hasil keluaran tertentu akan diperoleh setelah unjuk
kerja mereka.
4.
Dalam setiap situasi, tindakan-tindakan
dan upaya yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang tadi yang dipilih oleh
seseorang untuk dilaksanakan tertentu oleh harapan-harapan dan pilihan-pilihan
yang dipunyai seseorang pada saat itu.
e.
Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
Munurut
Maslow (dalam Munandar 2008) ada 5 jenis kebutuhan manusia yang tersusun secara
bertingkat sebagai suatu hirarki, yaitu:
1.
Kebutuhan fisiologikal (faali).
Kebutuhan yang timbul berdasarkan
kondisi fisiologikal badan kita, seperti kebutuhan untuk makanan dan minuman,
kebutuhan akan udara segar (oksigen). Kebutuhan fisiologikal merupakan
kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Jika kebutuhan ini tidak di penuhi, maka
individu berhenti eksistensinya.
2.
Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan ini
mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik. Dalam
pekerjaan, kita jumpai kebutuhan ini dalam bentuk ‘rasa asing’ sewaktu menjadi
tenaga kerja baru, atau sewaktu pindah ke kota baru.
3.
Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini mencakup
memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, belonging. Setiap orang ingin
menjadi anggota kelompok sosial, ingin mempunyai teman, kekasih. Dalam
pekerjaan kita jumpai kelompok informal yang merupakan kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan sosial seorang tenaga kerja.
4.
Kebutuhan Harga Diri
a.
Internal: seperti kebutuhan harga diri,
kepercayaan diri, otonomi dan kompetensi
b.
Eksternal: kebutuhan yang mencakup
reputasi seperti mencakup kebutuhan untuk dikenali dan diakui, dan status
Kebutuhan
harga diri ini dapat terungkap dalam keinginan untuk diakui prestasi kerjanya.
Keinginan untuk didengar dan dihargai pandangannya.
5.
Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan
untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki.
Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif dan untuk dapat
merealisasikan potensinya secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan
dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.
Artikel:
Selasa,
12 Februari 2013
Saudaraku berikut ini ada cerita tentang motivasi dalam
kerja yang dapat menjadi inspirasi yang menakjubkan bagi kita untuk
meningkatkan prestasi dan karir kita semua yang membacanya, baik itu wirausaha,
pengusaha maupun karyawan. Kisah nyata dimana tokohnya adalah seorang pekerja
keras.
Seperti kita tahu kadang saat kita bekerja, itu menjadi
sebuah rutinitas yang menyebalkan. Kadang ingin kita keluar dari hal itu dan
membentuk sesuatu yang baru walau terkadang kita juga takut akan berubah.
Cerita di bawah ini ada yang fiktif. Namun semuanya mengajarkan kita bagaimana
seharusnya manusia hidup, bagaimana dengan bekerja keras kita bisa mendapatkan
apapun yang kita inginkan sehingga kita bisa disebut menjadi orang sukses.
Jalan untuk menuju ke sana memang tidak mudah bahkan terkadang terasa lebih
sulit daripada kemampuan yang kita miliki. Tapi percayalah setiap kesulitan ada
akhirnya, dengan keberanian dan kerja keras kita bisa mengubahnya, kita bisa
mendapatkan apapun yang bahkan mungkin bagi orang lain adalah hal mustahil
untuk dilakukan.
Lalu bagaimana kita bisa sukses, anda memerlukan sebuah
inspirasi, tidak perlu pergi kemana-mana. Berikut adalah cerita motivasi yang
pastinya sangat berguna bagi para pekerja keras seperti pengusaha atau
karyawan.
Cerita Motivasi Kerja: Kisah Si Penebang Pohon Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.
Hari
pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar
hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan
tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan
kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum
ini. Teruskan bekerja seperti itu".
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggung-jawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi. Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggung-jawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi. Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"
"Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk
setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga".
Kata si penebang. "Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu
kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan
hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan
kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin
menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah
kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang
maksimal.
Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak. Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!
Dikutip
dari motivator terkenal Andrie Wongso
Analisis:
Artikel diatas bercerita tentang motivasi kerja: Kisah Si Penebang Pohon. Didalam
cerita ini si penebang pohon memiliki motivasi ketika ada seorang pedagang kayu
menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji
yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si
calon penebang pohon itu pun bertekad (disini berlaku “teori dorongan”) untuk
bekerja sebaik mungkin (dalam hal ini motivasi ini muncul karena si penebang
pohon menyadari bahwa apabila dia bekerja sebaik mungkin dia akan
memperoleh gaji yang besar setelah unjuk kerja mereka “Teori Harapan”). Saat mulai bekerja, si majikan
memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan
dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon (dalam hal
ini si penebang pohon memiliki penetapan tujuan dimana dia harus menyelesaikan
tugasnya tepat waktu. si penebang pohon termasuk tipe orang reaktif “Teori
Penetapan Tujuan”). Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang
pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan
memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya
sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang
sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu". Sangat termotivasi
oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi,
tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja
lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan.
Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan (hal
tersebut terjadi karena adanya penguatan dari majikannya kepada dia dengan
memujinya “disini berlaku Teori Reinforcement”). Si penebang pohon sadar
kerjanya tidak maksimal karena kapaknya tidak diasah, lalu majikannya
menyarankan agar si penebang pohon mengasah kapaknya supaya kapaknya menjadi
tajam dan kerjanya bisa maksimal seperti hari pertama (saran majikan menjadi
penguatan “reinforcement” untuk si penebang pohon untuk menyempatkan waktu
untuk mengasah kapak/ istirahat supaya kerjanya dapat maksimal). Dari cerita
diatas terdapat beberapa penjelasan tentang teori kebutuhan menurut Abraham
maslow yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan aktualisasi diri. Dimana
kebutuhan fisiologis si penebang pohon adalah untuk beristirahat setelah
menebang pohon dan tidak memaksakan diri untuk kerja secara berlebihan. Sedangkan
kebutuhan aktualisasi dirinya yaitu si penebang pohon melakukan
pekerjaannya sesuai dengan kemampuan yang ia miliki dan merealisasikan
potensinya secara penuh.
Sumber:
Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas
Gunadarma
Munandar, Ashar
Sunyoto. 2008. PSIKOLOGI INDUSTRI dan
ORGANISASI. Jakarta: Universitas Indonesia
http://bisnis-topp.blogspot.com/2013/02/motivasi-kerja-kisah-si-penebang-pohon.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar