Sabtu, 02 November 2013

TULISAN 2: MOTIVASI



1.   Pengertian Motivasi
Menurut Walgito (dalam Heru, 2008) Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan. Sedangkan menurut Plotnik (dalam Heru, 2008), Motivasi mengacu pada berbagai faktor fisiologis dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang mengacu pada faktor fisiologis dan psikologi seseorang untuk melakukan aktivitas dengan cara yang spesifik  pada waktu tertentu serta mendorong perilaku ke arah tujuan.

2.   Teori-Teori Motivasi
a.    Teori Drive
Teori ini mengatakan bahwa perilaku di dorong ke arah tujuan oleh kondisi yang mendesak (driving state) dalam diri orang atau binatang. Gagasan freud tentang kepribadian didasarkan pada dorongan seksual dan dorongan agresif bawaan. Bila kondisi dorongan internal itu muncul, individu didesak untuk berperilaku dengan cara yang sedemikian rupa sehingga mengurangi intensitas dari kondisi mendesak tersebut. Pada manusia, sekurang-kurangnya, tercapainya pengurangan kondisi terdesak itu merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memuaskan.

b.   Teori pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori pengukuhan berhubungan dengan teori belajar operant conditioning dari skinner. Teori ini mempunyai dua aturan pokok: aturan pokok yang berhubungan dengan pemerolehan jawaban-jawaban yang benar, dan aturan pokok lainnya berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah.
Pemerolehan dari satu perilaku menuntut adanya satu pengukuhan sebelumnya. Pengukuhan dapat terjadi positif (pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan) atau negatif (menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban telah diberikan), tetapi organisme harus membuat kaitannya antara aksi atau tindakannya dengan akibat-akibatnya.
Jika jawaban yang diinginkan belum dimiliki oleh organisme, maka jawaban tersebut perlu dibentuk. Pembentukan berlangsung jika jawaban-jawaban yang benar, pada awalnya dikukuhkan. Secara bertahap pengukuhan positif hanya diberikan jika perilaku yang mendekati jawaban-jawaban yang benar, pada awalnya dikukuhkan. Secara bertahap pengukuhan positif hanya diberikan jika perilaku yang mendekati jawaban yang benar makin mendekat, sehingga akhirnya jawaban khusus yang di inginkan saja yang dikukuhkan. Misalnya, sewaktu anak belajar berbicara. Dalam usahanya mengucapkan kata, jika kedengarannya sudah seperti kata yang harus ia ucapkan ketika memujinya. Makin lama ia mengucapkan kata-kata dan kalimat yang benar, sehingga waktu ia sudah dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas dan tepat dan berbicara dengan kalimat pendek yang tepat, kita hanya memujinya jika ia lakukan demikian.
Pemerolehan timbul cepat jika pengukuhan diberikan secara bersinambung. Artinya jawaban yang tepat diganjari setelah setiap kejadian. Namun dalam kehidupan sehari-hari pemberian pengukuhan pada umumnya berjalan secara tidak bersinambung, secara tersendat-sendat, dimana hanya persentase tertentu dari jawaban yang benar diganjari. Pengukuhan yang tersendat-sendat berakibat pemerolehan yang lebih lambat. Sebaliknya pengukuhan tersendat-sendat berakibat pula lambatnya penghilangan dari perilaku. Kadangkala pengukuhan tersendat-sendat diberikan dalam interval yang berlangsung secara teratur. Misalnya pembayaran gaji tenaga kerja (pengukuhan) dilaksanakan dalam interval waktu yang secara teratur dengan jadwal periodik yang teratur (secara bulanan, harian). Pengukuhan ini berlangsung tersendat-sendat karena dimaksudkan untuk menghargai unjuk kerja tenaga kerja yang baik yang terjadi selama periode penggajian, tidak hanya untuk unjuk kerjanya pada hari pembayaran gaji.

c.    Teori Penetapan Tujuan (Goal Setting Theory)
Teori ini secara relatif lempang dan sederhana. Aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Menurut Locke (dalam Munandar, 2008), tujuan-tujan yang cukup sulit, khusus dan yang pernyataannya jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan menghasilkan unjuk kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan yang taksa, tidak khusus, dan yang mudah dicapai. Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan ia akan memiliki komitmen besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Lain dengan tenaga kerja yang memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu, dapat terjadi bahwa komitmen terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.

d.   Teori Harapan (Expectancy)
Model teori harapan dari lawler (dalam Munandar, 2008) mengajukan empat asumsi:
1.   Orang mempunyai pilihan-pilihan antara berbagai hasil keluaran yang secara potensial dapat mereka gunakan. Dengan perkataan lain, setiap hasil keluaran alternatif mempunyai mempunyai harkat, yang mengacu pada ketertarikannya bagi seseorang. Hasil keluaran alternatif, juga disebut tujuan-tujuan pribadi, dapat disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan. Jika disadari, maknanya serupa dengan penetapan tujuan-tujuan. Jika tidak disadari, motivasi kerjanya lebih bercorak reaktif.
2.   Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa upaya mereka akan mengarah ke perilaku unjuk kerja yang dituju.
3.   Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa hasil-hasil keluaran tertentu akan diperoleh setelah unjuk kerja mereka.
4.   Dalam setiap situasi, tindakan-tindakan dan upaya yang berkaitan dengan tindakan-tindakan yang tadi yang dipilih oleh seseorang untuk dilaksanakan tertentu oleh harapan-harapan dan pilihan-pilihan yang dipunyai seseorang pada saat itu.

e.    Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow
Munurut Maslow (dalam Munandar 2008) ada 5 jenis kebutuhan manusia yang tersusun secara bertingkat sebagai suatu hirarki, yaitu:
1.   Kebutuhan fisiologikal (faali). Kebutuhan  yang timbul berdasarkan kondisi fisiologikal badan kita, seperti kebutuhan untuk makanan dan minuman, kebutuhan akan udara segar (oksigen). Kebutuhan fisiologikal merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Jika kebutuhan ini tidak di penuhi, maka individu berhenti eksistensinya.
2.   Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik. Dalam pekerjaan, kita jumpai kebutuhan ini dalam bentuk ‘rasa asing’ sewaktu menjadi tenaga kerja baru, atau sewaktu pindah ke kota baru.
3.   Kebutuhan sosial. Kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, belonging. Setiap orang ingin menjadi anggota kelompok sosial, ingin mempunyai teman, kekasih. Dalam pekerjaan kita jumpai kelompok informal yang merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan sosial seorang tenaga kerja.
4.   Kebutuhan Harga Diri
a.       Internal: seperti kebutuhan harga diri, kepercayaan diri, otonomi dan kompetensi
b.      Eksternal: kebutuhan yang mencakup reputasi seperti mencakup kebutuhan untuk dikenali dan diakui, dan status
Kebutuhan harga diri ini dapat terungkap dalam keinginan untuk diakui prestasi kerjanya. Keinginan untuk didengar dan dihargai pandangannya.
5.   Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan yang dirasakan dimiliki. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk menjadi kreatif dan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh. Kebutuhan ini menekankan kebebasan dalam melaksanakan tugas pekerjaannya.

Artikel:
Selasa, 12 Februari 2013
Motivasi Kerja: Kisah Si Penebang Pohon
Saudaraku berikut ini ada cerita tentang motivasi dalam kerja yang dapat menjadi inspirasi yang menakjubkan bagi kita untuk meningkatkan prestasi dan karir kita semua yang membacanya, baik itu wirausaha, pengusaha maupun karyawan. Kisah nyata dimana tokohnya adalah seorang pekerja keras.
Seperti kita tahu kadang saat kita bekerja, itu menjadi sebuah rutinitas yang menyebalkan. Kadang ingin kita keluar dari hal itu dan membentuk sesuatu yang baru walau terkadang kita juga takut akan berubah. Cerita di bawah ini ada yang fiktif. Namun semuanya mengajarkan kita bagaimana seharusnya manusia hidup, bagaimana dengan bekerja keras kita bisa mendapatkan apapun yang kita inginkan sehingga kita bisa disebut menjadi orang sukses. Jalan untuk menuju ke sana memang tidak mudah bahkan terkadang terasa lebih sulit daripada kemampuan yang kita miliki. Tapi percayalah setiap kesulitan ada akhirnya, dengan keberanian dan kerja keras kita bisa mengubahnya, kita bisa mendapatkan apapun yang bahkan mungkin bagi orang lain adalah hal mustahil untuk dilakukan.
Lalu bagaimana kita bisa sukses, anda memerlukan sebuah inspirasi, tidak perlu pergi kemana-mana. Berikut adalah cerita motivasi yang pastinya sangat berguna bagi para pekerja keras seperti pengusaha atau karyawan.

Motivasi Kerja : Kisah Si Penebang Pohon

Cerita Motivasi Kerja: Kisah Si Penebang Pohon Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu".
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggung-jawabkan hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi. Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"
Motivasi Kerja : Kisah Si Penebang Pohon

"Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga". Kata si penebang. "Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.
Motivasi Kerja : Kisah Si Penebang Pohon

Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak. Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!
Dikutip dari motivator terkenal Andrie Wongso

Analisis:
         Artikel diatas bercerita tentang motivasi kerja: Kisah Si Penebang Pohon. Didalam cerita ini si penebang pohon memiliki motivasi ketika ada seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad (disini berlaku “teori dorongan”) untuk bekerja sebaik mungkin (dalam hal ini motivasi ini muncul karena si penebang pohon menyadari bahwa apabila dia bekerja sebaik mungkin dia akan memperoleh gaji yang besar setelah unjuk kerja mereka “Teori Harapan”). Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon (dalam hal ini si penebang pohon memiliki penetapan tujuan dimana dia harus menyelesaikan tugasnya tepat waktu. si penebang pohon termasuk tipe orang reaktif “Teori Penetapan Tujuan”). Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, "Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu". Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan (hal tersebut terjadi karena adanya penguatan dari majikannya kepada dia dengan memujinya “disini berlaku Teori Reinforcement”). Si penebang pohon sadar kerjanya tidak maksimal karena kapaknya tidak diasah, lalu majikannya menyarankan agar si penebang pohon mengasah kapaknya supaya kapaknya menjadi tajam dan kerjanya bisa maksimal seperti hari pertama (saran majikan menjadi penguatan “reinforcement” untuk si penebang pohon untuk menyempatkan waktu untuk mengasah kapak/ istirahat supaya kerjanya dapat maksimal). Dari cerita diatas terdapat beberapa penjelasan tentang teori kebutuhan menurut Abraham maslow yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan aktualisasi diri. Dimana kebutuhan fisiologis si penebang pohon adalah untuk beristirahat setelah menebang pohon dan tidak memaksakan diri untuk kerja secara berlebihan. Sedangkan kebutuhan aktualisasi dirinya yaitu si penebang pohon melakukan pekerjaannya sesuai dengan kemampuan yang ia miliki dan merealisasikan potensinya secara penuh.


Sumber:
Basuki, Heru. 2008. Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
Munandar, Ashar Sunyoto. 2008. PSIKOLOGI INDUSTRI dan ORGANISASI. Jakarta: Universitas Indonesia
http://bisnis-topp.blogspot.com/2013/02/motivasi-kerja-kisah-si-penebang-pohon.html?m=1


Tidak ada komentar:

Posting Komentar